-->

Sabtu, 24 November 2012

MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM

Adapun dilihat dari segi hukumnya, puasa dibagi atas empat macam, yaitu :
1.    Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Yang termasuk ke dalam puasa wajib, antara lain :
a.   Puasa bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang diwajibkan atas setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan ramadhan. Puasa ramadhan merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah SWT, dalam Surah Al Baqarah ayat 183 yang bunyinya, sebagai berikut :
يَأ يُهَا الدِيْنَ أَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَدِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَكُمْ تَتَقُوْن
Artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah : 183).
Puasa ramadhan wajib dimulai ketika melihat atau menyaksikan bulan pada awal bulan ramadhan. Apabila langit dalam keadaan berawan yang mengakibatkan bulan tidak dapat dilihat atau disaksikan, maka bulan ramadhan disempurnakan tiga puluh hari. Hal ini didasarkan pada Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi :
شَهْرُ رَمَرَضَان الدِى أُنْزِلَ فِيْهِ القُرْأَنُ هُدًى لِلنَاسِ وَبَيِنَتٍ مِنَ الهُدَى وَالْفُرْقَانِ ج فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْعَلَى سَفَرٍ فَعِدَةٌ مِنْ أَيَامِ أُخَرْ يُرِيْدُ اللهُ بِكُمْ اليُسْرَ وَلَايُرِبْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْا العِدَةَ وَلِتُكَبِرُوْا اللهَ عَلَى مَاهَدَكُمْ وَلَعَلَكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqoroh : 185)
b.   Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan oleh seseorang karena sebab-sebab tertentu. Puasa kafarat dilakukan sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan,
bentuk pelanggaran dengan kafaratnya, antara lain :
1)  Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang budak, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
2)  Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan budak, maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
3)  Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
4) Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan umrah, lalu tidak mendapatkan binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan dan sebagainya) sehingga tidak bisa berpangkas rambut (tahallul), maka ia harus berpuasa selama 3 hari.
Menurut Imam Syafi’i, Maliki dan Hanafi : Orang yang berpuasa berturut-turut karena Kafarat, yang disebabkan berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau hanya satu hari ditengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka berarti ia telah memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia berbuka, baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi selama dua bulan berturut-turut.
c.   Puasa Nazar
Puasa nadzar adalah puasa yang diwajibkan atas seseorang karena suatu nadzar. puasa merupakan puasa yang tidak diwajibkan oleh Allah SWT, begitu juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW, melainkan manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Allah SWT, telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib.
Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau mengadakan perjalanan maka ia harus mengqadha pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab mengqadhanya.
2.   Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah itu antara lain :
a.   Puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal
Puasa enam hari pada bulan syawal dapat dilakukan secara berturut-turut atau tidak, tetapi yang pertama lebih afdhol daripada yang kedua. Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Muslim Bersumber dari Abu Ayyub Anshari r.a. ”Sesungguhnya Rasulallah SAW, Bersabda : Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam hari pada bulan syawal, maka seakan-akan dia berpuasa selama setahun”. (HR. Muslim)
b.   Puasa Tengah bulan (13, 14, 15) dari tiap-tiap bulan hijriyah
Pada suatu hari ada seorang Arab dusun datang pada Rasulullah SAW, dengan membawa kelinci yang telah dipanggang. Ketika daging kelinci itu dihidangkan pada beliau maka beliau hanya menyuruh orang-orang yang ada disekitar Beliau untuk menyantapnya, sedangkan Beliau sendiri tidak ikut makan, demikian pula ketika si Arab dusun tidak ikut makan, maka beliau bertanya padanya, mengapa Engkau tidak ikut makan? Jawabnya, aku sedang puasa tiga hari setiap bulan, maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih setiap bulan. Kalau Engkau bisa melakukannya puasa tiga hari setiap bulan maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih yaitu pada hari ke tiga belas, empat belas dan ke lima belas.
c.   Puasa hari Senin dan hari Kamis.
Hal ini didasarkan hadist dari Usamah bin Zaid beliau berkata : Nabi SAW, berpuasa pada hari senin dan kami. Sewaktu beliau ditanya tentang ini beliau menjawab bahwa amalan-amalan manusia dilaporkan pada hari senin dan kamis.
Hal ini juga diamini oleh Siti Aisyah, ”Dari Aisyah ra. Nabi Muhammad SAW, memilih puasa hari senin dan hari kamis”. (H.R. Turmudzi)
d.   Puasa hari Arafah
Puasa hari arafah, yaitu puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Muslim yang artinya : ”Dari Abu Qatadah, Nabi Muhammad SAW, bersabda : Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang tekah lalu dan satu tahun yang akan datang”. (HR. Muslim)
Puasa arafah hanya diperuntukkan bagi orang yang sedang tidak melaksanakan haji, sedangkan orang yang sedang melaksanakan haji disunnahkan tidak melakukan puasa arafah.
e.   Puasa pada hari kedelapan bulan dzulhijah.
Puasa ini disunnahkan tidak hanya bagi orang-orang yang melakukan haji  tetapi bagi orang-orang yang tidak melakukan haji.
f.    Puasa tasu’a dan asura
Puasa tasu’a dan asura, yaitu puasa yang dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Hal ini didasarkan dari hadist Dari Salim, dari ayahnya berkata :”Nabi Muhammad SAW, bersabda : Hari Asyuro (yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka berpuasalah pada hari itu”.
g.   Puasa nabi Daud as.
Puasa yang dilakukan selang satu hari (hari ini berpuasa, beok tidak berpuasa). Puasa seperti ini lebih utama dari puasa sunnah-sunnah lainnya. Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW, dalam hadist shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dan bersumber dari Abdullah bin Amar ra. dia berkata : ”Sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda : Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah SWT, ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang yang paling disukai oleh Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai tengah malam, kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia gunakan untuk tidur, kembali Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari”. (HR. Bukkari dan Muslim)
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa tersebut masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lain masuk puasa pada hari Jum’at, hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu hari Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
h.   Puasa pada Asyhur al hurum
Puasa pada Asyhur al hurum, yaitu puasa yang dilakukan pada bulan-bulan Dzulkaidah, Zulhijah, Muharram dan Rajab, Dari Aisyah r.a berkata :”Rasulullah SAW, berpuasa sehingga kami mengatakan : Beliau tidak berbuka. Dan Beliau berbuka sehingga kami mengatakan : beliau tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban”.
3.   Puasa Makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
a.   Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jum’at hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jum’at saja untuk berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : ”Saya mendengar Nabi Muhammad SAW, bersabda: ”Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya”.
b.   Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW, bersabda :”Janganlah salah seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu”.
c.   Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata : Kami berada di sisi Amar pada hari yang diragukan Ramadhannya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata : Barangsiapa yang berpuasa hari ini maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim (Muhammad SAW)”.
d.   Puasa wisal
Puasa yang dilakukan secara bersambung tanpa makan atau minum pada malam harinya.
e.   Puasa dahri
Puasa dahri, yaitu puasa yang dilakukan terus-menerus.
4.   Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang dilarang dalam agama Islam. Puasa yang diharamkan. Puasa-puasa tersebut antara lain :
a.    Puasa pada dua hari raya
Dari Abu Ubaid hamba ibnu Azhar berkata :” Saya menyaksikan hari raya (yakni mengikuti shalat Ied) bersama Umar bin Khattab r.a, lalu beliau berkata : ”Ini adalah dua hari yang dilarang oleh Rasulullah SAW, Untuk mengerjakan puasa, yaitu hari kamu semua berbuka dari puasamu (1 Syawal) dan hari yang lain yang kamu semua makan pada hari itu, yaitu ibadah hajimu”. (Shahih Bukhari, jilid III, No.1901)
b.   Puasa pada hari tasyrik
Puasa yang dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13 pada bulan Zulhijah.
c.   Puasa seorang wanita dengan tanpa izin suami
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad SAW, bersabda : ”Tidak boleh seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar: