-->

Minggu, 08 Januari 2012

ASAL USUL TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

        Jika ditelaah secara sosiologis yang lebih mendalam, lahirnya tarekat lebih dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultur yang ada pada saat itu. Lahirnya trend pola hidup sufistik tidak lepas dari perubahan dan dinamika dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan kehidupan zuhud (berpaling dari sesuatu karena hinanya sesuatu tersebut dan karena seseorang tidak memerlukannya) dan uzlah (menghindar dari sesuatu) yang dipelopori oleh Hasan Al Basri (110 H) dan Ibrahim Ibn Adham (159 H). Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup Hedonistik (berfoya-foya) yang dipraktekkan oleh pejabat Bani Umayyah.
       Hasan Al Basri termasuk pendiri madzhab Basrah yang beraliran zuhud. Pendirian hidup dan pengalaman tasawuf Hasan Al Basri itu dijadikan pedoman bagi ahli tasawuf. Pandangan tasawuf Hasan Al Basri diantaranya pandangan dia terhadap dunia yang diibaratkan sebagai ular yang halus dalam pegangan tangan tetapi racunnya membawa maut.

PENGENALAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

        Menurut Harun Nasution, tarekat adalah jalan yang harus di tempuh seorang murid agar berada sedekat mungkin dengan Allah SWT, di bawah bimbingan seorang guru mursyid (yang bertanggung jawab memimpin murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah SWT). Tarekat mencoba memberi rasa aman dan kesejahteraan di kehidupan akhirat kepada para pengikutnya, setelah mereka merasa bahwa kehidupan mereka di dunia sudah mendekati akhir. Di samping itu, tarekat berusaha membuka pintu surga bagi publik. Tarekat adalah jalan untuk memastikan kesamaan peluang untuk masuk surga bagi semua lapisan masyarakat, baik yang alim, awam, kaya atau pun miskin.
        Ruh sebelum masuk ke tubuh memang suci, tetapi setelah bersatu dengan tubuh sering kali menjadi kotor karena di goda hawa nafsu. Maka, agar dapat mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Suci, ruh manusia harus terlebih dahulu disucikan. Sufi-sufi besar kemudian merintis jalan sebagai media untuk penyucian jiwa yang dikenal dengan nama tarekat (jalan).
Para ahli mistik dalam berbagai tradisi keagamaan cenderung menggambarkan langkah-langkah yang membawa kepada kehadirat Allah SWT, sebagai jalan. Pembagian 3 (tiga) jalan dalam agama Islam menjadi Syariat, Tarekat dan Hakikat. Jalan tri tunggal kepada Allah dijelaskan dalam suatu hadist Rasulullah SAW. sebagai berikut : ”Syariat adalah perkataanku (aqwali), tarekat adalah perbuatanku (Ahwali), dan hakikat adalah keadaan batinku (Ahwali).” (anemari h. 123).

PROSES PEMBUKUAN DAN PEMBAKUAN MUSHAF AL QUR'AN


A.    Periode Nabi Muhammad SAW
Al Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, secara mutawattir pada saat terjadi suatu peristiwa, disamping Rasulullah SAW, menghafalkan secara pribadi, Rasulullah SAW, juga memberikan pengajaran kepada sahabat-sahabatnya untuk dipahami dan dihafalkan, ketika wahyu turun Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya agar mudah dihafal karena Zaid bin Tsabit merupakan orang yang paling berpotensi dengan penulisan, sebagian dari mereka dengan sendirinya menulis teks Al Qur’an untuk dimilikinya sendiri diantara sahabat tadi, para sahabat selalu menyodorkan Al Qur’an kepada Nabi dalam bentuk hafalan dan tulisan-tulisan.