1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan
berdasarkan ketentuan syariat Islam. Yang termasuk ke dalam puasa wajib, antara
lain :
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang diwajibkan atas
setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan ramadhan. Puasa ramadhan
merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan
perintah Allah SWT, dalam Surah Al Baqarah ayat 183 yang bunyinya, sebagai
berikut :
يَأ
يُهَا الدِيْنَ أَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَدِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَكُمْ تَتَقُوْن
Artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah : 183).
Puasa ramadhan wajib dimulai ketika melihat atau
menyaksikan bulan pada awal bulan ramadhan. Apabila langit dalam keadaan
berawan yang mengakibatkan bulan tidak dapat dilihat atau disaksikan, maka
bulan ramadhan disempurnakan tiga puluh hari. Hal ini didasarkan pada Al Qur’an
Surah Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi :
شَهْرُ
رَمَرَضَان الدِى أُنْزِلَ فِيْهِ القُرْأَنُ هُدًى لِلنَاسِ وَبَيِنَتٍ مِنَ
الهُدَى وَالْفُرْقَانِ ج فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ
مَرِيْضًا أَوْعَلَى سَفَرٍ فَعِدَةٌ مِنْ أَيَامِ أُخَرْ يُرِيْدُ اللهُ بِكُمْ
اليُسْرَ وَلَايُرِبْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْا العِدَةَ
وَلِتُكَبِرُوْا اللهَ عَلَى مَاهَدَكُمْ وَلَعَلَكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : ”(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqoroh : 185)
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan oleh
seseorang karena sebab-sebab tertentu. Puasa kafarat dilakukan sebagai
penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian
dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin
mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan,
bentuk pelanggaran dengan kafaratnya, antara lain :
bentuk pelanggaran dengan kafaratnya, antara lain :
1) Apabila seseorang
melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh
orang miskin atau membebaskan seorang budak, maka ia harus melaksanakan puasa
selama tiga hari.
2) Apabila seseorang
secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang
darah (tebusan) atau memerdekakan budak, maka ia harus berpuasa dua bulan
berturut-turut.
3) Apabila dengan sengaja
membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah
ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60
hari.
4) Barangsiapa yang
melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan umrah, lalu tidak mendapatkan
binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh
hari sesudah ia sampai kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan
suatu mudharat (alasan kesehatan dan sebagainya) sehingga tidak bisa berpangkas
rambut (tahallul), maka ia harus berpuasa selama 3 hari.
Menurut Imam Syafi’i, Maliki dan Hanafi :
Orang yang berpuasa berturut-turut
karena Kafarat, yang disebabkan berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak
boleh berbuka walau hanya satu hari ditengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut,
karena kalau berbuka berarti ia telah memutuskan kelangsungan yang
berturut-turut itu. Apabila ia berbuka, baik karena uzur atau tidak, ia wajib
memulai puasa dari awal lagi selama dua bulan berturut-turut.
c. Puasa Nazar
Puasa nadzar adalah puasa yang diwajibkan atas
seseorang karena suatu nadzar. puasa merupakan puasa yang tidak diwajibkan oleh
Allah SWT, begitu juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW, melainkan manusia
sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun
Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Allah SWT,
telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa
sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib.
Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka
berpuasa pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada
hari-hari itu sakit atau mengadakan perjalanan maka ia harus mengqadha pada
hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia
bertanggung jawab mengqadhanya.
2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun
puasa sunnah itu antara lain :
a. Puasa 6 (enam) hari di bulan
Syawal
Puasa enam hari pada bulan syawal dapat dilakukan
secara berturut-turut atau tidak, tetapi yang pertama lebih afdhol daripada
yang kedua. Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Muslim Bersumber dari Abu
Ayyub Anshari r.a. ”Sesungguhnya Rasulallah SAW, Bersabda : Barang siapa
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam
hari pada bulan syawal, maka seakan-akan dia berpuasa selama setahun”. (HR.
Muslim)
b. Puasa Tengah bulan (13,
14, 15) dari tiap-tiap bulan hijriyah
Pada suatu hari ada seorang Arab dusun datang pada
Rasulullah SAW, dengan membawa kelinci yang telah dipanggang. Ketika daging
kelinci itu dihidangkan pada beliau maka beliau hanya menyuruh orang-orang yang
ada disekitar Beliau untuk menyantapnya, sedangkan Beliau sendiri tidak ikut
makan, demikian pula ketika si Arab dusun tidak ikut makan, maka beliau
bertanya padanya, mengapa Engkau tidak ikut makan? Jawabnya, aku sedang puasa
tiga hari setiap bulan, maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih setiap
bulan. Kalau Engkau bisa melakukannya puasa tiga hari setiap bulan maka
sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih yaitu pada hari ke tiga belas,
empat belas dan ke lima belas.
c. Puasa hari Senin dan
hari Kamis.
Hal ini didasarkan hadist dari Usamah bin Zaid
beliau berkata : Nabi SAW, berpuasa pada hari senin dan kami. Sewaktu beliau
ditanya tentang ini beliau menjawab bahwa amalan-amalan manusia dilaporkan pada
hari senin dan kamis.
Hal ini juga diamini oleh Siti Aisyah, ”Dari
Aisyah ra. Nabi Muhammad SAW, memilih puasa hari senin dan hari kamis”.
(H.R. Turmudzi)
d. Puasa hari Arafah
Puasa hari arafah, yaitu puasa yang dilakukan pada
tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Muslim yang
artinya : ”Dari Abu Qatadah, Nabi Muhammad SAW, bersabda : Puasa hari Arafah
itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang tekah lalu dan satu tahun yang
akan datang”. (HR. Muslim)
Puasa arafah hanya diperuntukkan bagi orang yang
sedang tidak melaksanakan haji, sedangkan orang yang sedang melaksanakan haji
disunnahkan tidak melakukan puasa arafah.
e. Puasa pada hari kedelapan bulan dzulhijah.
Puasa ini disunnahkan tidak hanya bagi orang-orang
yang melakukan haji tetapi bagi
orang-orang yang tidak melakukan haji.
f. Puasa tasu’a dan asura
Puasa tasu’a dan asura, yaitu puasa yang dilakukan
pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Hal ini didasarkan dari hadist Dari Salim, dari
ayahnya berkata :”Nabi Muhammad SAW, bersabda : Hari Asyuro (yakni 10
Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka berpuasalah pada hari itu”.
g. Puasa nabi Daud as.
Puasa yang dilakukan selang satu hari (hari ini
berpuasa, beok tidak berpuasa). Puasa seperti ini lebih utama dari puasa
sunnah-sunnah lainnya. Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW, dalam hadist shahih
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dan bersumber dari Abdullah bin
Amar ra. dia berkata : ”Sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda : Sesungguhnya
puasa yang paling disukai oleh Allah SWT, ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang
yang paling disukai oleh Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai
tengah malam, kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia
gunakan untuk tidur, kembali Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa
sehari”. (HR. Bukkari dan Muslim)
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari
puasa tersebut masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lain masuk puasa pada
hari Jum’at, hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada
satu hari Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
h. Puasa pada Asyhur al
hurum
Puasa pada Asyhur al hurum, yaitu puasa yang
dilakukan pada bulan-bulan Dzulkaidah, Zulhijah, Muharram dan Rajab, Dari
Aisyah r.a berkata :”Rasulullah SAW, berpuasa sehingga kami mengatakan :
Beliau tidak berbuka. Dan Beliau berbuka sehingga kami mengatakan : beliau
tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasa
sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak
daripada puasa di bulan Sya’ban”.
3. Puasa Makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu
antara lain :
a. Puasa pada hari Jumat
secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jum’at hukumnya makruh apabila
puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jum’at
saja untuk berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : ”Saya mendengar
Nabi Muhammad SAW, bersabda: ”Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at,
melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya”.
b. Puasa sehari atau dua
hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW,
bersabda :”Janganlah salah seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan
dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka
berpuasalah hari itu”.
c. Puasa pada hari syak
(meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata : Kami berada di
sisi Amar pada hari yang diragukan Ramadhannya, lalu didatangkan seekor
kambing, maka sebagian kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata : Barangsiapa yang
berpuasa hari ini maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim (Muhammad SAW)”.
d. Puasa wisal
Puasa yang dilakukan secara bersambung tanpa makan
atau minum pada malam harinya.
e. Puasa dahri
Puasa dahri, yaitu puasa yang dilakukan
terus-menerus.
4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang dilarang dalam agama
Islam. Puasa yang diharamkan. Puasa-puasa tersebut antara lain :
a. Puasa pada dua hari
raya
Dari Abu Ubaid hamba ibnu Azhar berkata :” Saya
menyaksikan hari raya (yakni mengikuti shalat Ied) bersama Umar bin Khattab
r.a, lalu beliau berkata : ”Ini adalah dua hari yang dilarang oleh Rasulullah
SAW, Untuk mengerjakan puasa, yaitu hari kamu semua berbuka dari puasamu (1
Syawal) dan hari yang lain yang kamu semua makan pada hari itu, yaitu ibadah
hajimu”. (Shahih Bukhari, jilid III, No.1901)
b. Puasa pada hari tasyrik
Puasa yang dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13
pada bulan Zulhijah.
c. Puasa seorang wanita
dengan tanpa izin suami
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad SAW,
bersabda : ”Tidak boleh seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di
rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar